Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia. Bukan karena aku tidak ingin kamu
bahagia, melainkan karena bukan aku yang membahagiakanmu. Itu menyakitkan,
seperti pukulan yang sebenarnya ingin buatku tersadar. Mungkin ini waktu untuk
aku terpuruk, supaya aku dapat melihat Tuhan memakai kenangan ini untuk buatku
dipenuhi kesiapan, sehingga doa dapat melahirkan semangat dan kemudian buatku
bangkit.
Namun ketahuilah sebelum aku sudah tak lagi mencintaimu, ini darahku
mengalir membawa bayang-bayangmu mengelilingi tubuhku dan jantungku berdenting
demi kau menari-nari di pikiranku. Ada satu hal yang sampai hari ini masih
membuat aku bangga menjadi aku, itu karena aku mampu terima kamu apa adanya.
Aku meminta ampun kepada Tuhan, sebab aku pernah berharap kalau suatu saat,
ketika angin menghempasku hilang dari daya ingatmu, aku ingin tak pernah lagi
menginjak bumi. Sebab hidup jadi terasa bagaikan dinding yang dingin. Aku harus
menjadi paku, sebab kamu bagai lukisan dan cinta itu palunya. Memukul aku,
memukul aku dan memukul aku sampai aku benar-benar menancap kuat.
Pada akhirnya, semoga, tidak kamu lagi yang aku lihat sebagai
satu-satunya cahaya di dalam pejamku sebelum pulas.
With love,
Shanty Ruby
0 komentar:
Posting Komentar