RSS

Surat untuk tuan penyair

Hai, tuan. Selamat makan siang.

Tuan, kalau saja waktu mau ku rayu kali ini, aku ingin memutar semua keadaan. Aku ingin merubah kamu yang bukan sebenar-benar nya kamu saat ini.
Dimana aku mampu menghapus semua rasa sakit nya, karna aku enggan melihat dia merasakan sesak yang terlalu dalam. Aku rela membawa semua rasa sakit yang dia rasa. Dinding memiliki ribuan mata, ketika dia kembali meneteskan darah entah yang ke berapa kalinya, dadaku sesak. Aku tak bisa menyalahkan 'tuan' atau siapapun bahkan diriku sendiri.

Kalau saja aku yang memiliki rasa sakit itu. Aku rela tuan penyair. Aku sangat rela untuk itu. Aku enggan hidup lama, aku enggan hadir disetiap cerita dalam tiap lembar halaman yang tuan ciptakan. Aku enggan menulis dan menjabarkan arti kata b-a-h-a-g-i-a lagi untukku tuan, karena aku merasakan nya kini lebih dalam lagi. Jauh lebih dalam tuan.
Aku takut tuan, ketika suatu hari nanti dia membuatmu hilang sirna dari sekedar pandanganku. Aku takut hidup ku mati kembali seperti waktu dulu, ketika dia pergi. Aku takut tuan. Aku takut dan sangat takut.

Tuan, hari ini aku bahagia seperti akan memeluk. Terimakasih atas semua kesempatan, terima kasih atas semua waktu yang tuan berikan, dimana aku dapat menghabisakan waktu bersama walau hanya tidak seberapa penting nya bagimu bahkan oleh siapapun di semesta ini. Aku ingin dia tertawa sepuas hati ketika mereka merasakan debaran jantung yang mendenting begitu cepat, seperti yang aku rasakan sewaktu tuan hadir.

Kalau ada seseorang bertanya kepada ku kelak, "Shan, bagian mana yang kamu cintai dalam sepanjang hidup?".
Aku akan menjawab, "dia." Yang sebenar-benar nya adalah kamu.
Semoga saja.

Dan ini ...
Sepenggal Tuan Nona Kesepian dari Tulus

(nona berkata)
Tuan apa yang salah padamu
Mengapa wajahmu ada seribu
Tuan apa yang salah padamu
Seakan dunia hanya kamu, kamu, kamu, kamu


(tuan berkata)
Nona apa yang salah padamu
Apa enaknya tenggelam dalam khayal
Nona apa yang salah padamu
Kau tahu ku tak punya hati
Kau masih saja menanti


Mereka terlarut dalam ego
Hati tertutup terdengar kataku
Berkata tapi tak berkaca
Semua orang hanya angin lalu

Nona jatuh cinta pada tuan
Tuan menunggu yang lain
Nona tak peduli walau tuan
Tak pernah peduli sekitarnya



With Love,
Shanty Ruby.

0 komentar:

Posting Komentar